Rabu, 14 Desember 2016

,

BALITA ITU MENANGIS DI DEPAN JENAZAH IBUNYA


berdasarkan kisah nyata
*Gambar hanya ilustrasi, saya membayangkan anak saya sambil mengetik ini*

Hari ini ada yang membuat hatiku terasa teriris dan lukanya dilumuri garam, perih ðŸ˜­ðŸ˜­

Seperti biasa akhir pekan saat Abah Shifra tugas, saya dan Shifra menginap di rumah ortu saya. Tadi siang setelah ibu saya menggendong shifra hingga tidur, beliau pun membuka pembicaraan.

"Din, Bu A (salah satu tetangga ibu saya, berbeda beberapa blok dari rumah) kan dia kerja, jadi dirumahnya suka ada yang bantuin buat beres-beres. Kalau kerja di rumah Bu A, si Mba (art Bu A) suka bawa anaknya, seumur shifra lah, 2 tahunan tapi badannya lebih kecil dari shifra.

Beberapa hari yg lalu, Bu A baru pulang kerja, ya sekitar jam 5 sore. Pintu depan memang biasa di kunci, si Mba nya kalau masuk suka dari pintu samping, Bu A masuk lewat pintu depan. Pas pintu dibuka, anaknya si Mba sambil nangis bilang ke Bu A
'Mamah atuh, Mamah atuh'
Bu A melihat si Mba tengkurap di tangga bagian bawah, baju yg baru diangkat dari jemuran yg diatas jatuh berantakan di depan si Mba. Sama Bu A, si Mba di terlentangkan, berharap masih ada, tapi ternyata udah gak ada.
Kata polisi, kemungkinan meninggal nya udah lebih dari 4 jam. Kayanya mah pas dari abis Dzuhur, ngangkatin jemuran diatas, gak liat tincakeun (pijakan), jatuh kena pinggiran bekas sumur disebelah tangga itu. Ibu juga liat ke sana, ikut ngurusin jenazahnya. Darahnya teh ampe keluar dari telinganya.
Bu B (tetangga sebelah rumah Bu A) denger dari abis Dzuhur ada suara anak nangis, dikira anak Bu A da emang sering nangis, jadi gak curiga apa-apa. Suami si Mba disusulin ke rumahnya gak ada, da kerjanya di Katapang. Baru datang abis maghrib..."

Dan pembicaraan pun berlanjut pada masih kehidupan si Mba dan niatan ibu saya yg sebelumnya ingin menyewa jasanya utk keluarga ipar saya dan lainnya.

Hati ini betul-betul perih, saat membayangkan balita itu, anaknya si Mba menangis dari sekitar jam 1 siang dan baru menemui orang kembali di jam 5 sore saat Bu A pulang. Mungkin dia bingung, kenapa ibunya tidak kunjung bangun? Kenapa ibunya tidak menyambut tangisan nya seperti biasanya? Kenapa ibunya diam saja walau dia sudah menangis selama yang ia bisa?

Ah mata ini sulit untuk menahan tangis, sambil mengetik pun saya tak kuasa melanjutkan bayangan saya akan keadaan si balita tadi di depan jenazah ibunya.

Doaku untukmu, nak, walau aku tak mengenalmu. Semoga kau dan kakakmu menjadi anak yang sholeh, menjadi amal jariyah buat ibumu di akhirat. Semoga amal ibadah si Mba diterima Allah dan diampuni dosa-dosanya.

Catatan buat diri ini dan siapapun yg membaca ini, tolong jika kita mendengar tangisan, rintihan atau apapun yg sekiranya tidak wajar dari tetangga kita, mohon kita bisa cepat merespon nya. Memang saya juga agak segan ketika misalnya mendengar tangisan atau sesuatu yg tidak seharusnya dari tetangga, takutnya dianggap 'Ingin ikut campur' atau KEPO.

Seharusnya kita juga sadar, kita hidup bertetangga. Bahkan dalam hadits pun banyak dibahas kalau kita harus lebih berakhlak baik dan lebih peduli pada tetangga terdekat kita.

Semoga tulisan ini membawa manfaat bagi saya pribadi dan orang-orang yg membacanya. Semoga kejadian ini tidak akan terulang lagi, dimanapun. Semoga kita menjadi tetangga yg lebih baik lagi untuk siapapun. Aamiin.

0 komentar:

Posting Komentar

Untuk komentarnya bisa diisi disini, terima kasih telah mengunjungi blog saya ^-^