Jumat, 06 Maret 2020

, , ,

Bidadari Di Rumahmu Sendiri


Bismillahirrahmanirrahim

Beberapa waktu lalu sempat viral pernyataan seorang chef pria terkenal yang membalas komentar salah satu netizen di akun sosial medianya.

Netizen tersebut menanyakan apa yang dikerjakan istri sang chef di rumahnya sedangkan untuk memasak dilakukan si chef, beberes ada ART, ngurus anak disediakan babysitter, dsb. Istri sang netizen tersebut ia sebutkan di rumahnya pekerjaannya memasak, mengurus rumah tangga, dan lainnya, layaknya pekerjaan ibu rumah tangga pada umumnya.

Chef itu pun menanggapi dengan "Ya maaf biniku bukan dijadiin ART kayak kamu. Bang Hotman bilang 'jika anda ingin istrimu menjadi angel(bidadari), anda harus membuat surga untuknya'," . Jawaban yang dianggap cukup menohok oleh para pembaca dan mengundang tanggapan positif dari netizen lain juga tanggapan negatif pada sang netizen yang bertanya diawal.
Salahkah sang netizen menanyakan hal mengenai pekerjaan sang chef tersebut? Kalau dibilang salah, entahlah, mungkin kadar ke-kepo-an sang netizen tersebut sudah diambang batas hingga hal-hal receh pun ingin ia ketahui. Tapi yang pasti, kita terlalu fokus pada hal yang sia-sia. Padahal masih banyak hal/ilmu yang perlu kita ketahui dibandingkan pekerjaan istri seorang juru masak.

Di antara tanda baiknya seorang muslim adalah ia meninggalkan hal yang sia-sia dan tidak bermanfaat. Waktunya diisi hanya dengan hal yang bermanfaat untuk dunia dan akhiratnya. Sedangkan tanda orang yang tidak baik Islamnya adalah sebaliknya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
“Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Hadits ini mengandung makna bahwa di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baik berupa perkataan atau perbuatan. (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 288)

Kata Ibnu Rajab rahimahullah, “Mayoritas perkara yang tidak bermanfaat muncul dari lisan yaitu lisan yang tidak dijaga dan sibuk dengan perkataan sia-sia” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 290).

Tentang keutamaan menjaga lisan ini diterangkan dalam ayat berikut yang menjelaskan adanya pengawasan malaikat terhadap perbuatan yang dilakukan oleh lisan ini. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ (16) إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ (17) مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ (18)

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir” (QS. Qaaf: 16-18).

Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Yang dicatat adalah setiap perkataan yang baik atau buruk. Sampai pula perkataan “aku makan, aku minum, aku pergi, aku datang, sampai aku melihat, semuanya dicatat. Ketika hari Kamis, perkataan dan amalan tersebut akan dihadapkan kepada Allah” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 13: 187).

Lalu apakah salah tanggapan sang juru masak terhadap pertanyaan sang netizen tersebut? Pernyataannya yang mengungkapkan ia memperlakukan istrinya sebagai bidadari merupakan perlakuan yang sangat terpuji. Adapun cara penyampaiannya yang seperti itu, kembali pada niat chef tersebut dan para pembaca yang menerimanya.

Sosok kepala rumah tangga ideal yang sejati, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah bersabda:

«خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى»
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik (dalam bergaul) dengan keluarganya dan aku adalah orang yang paling baik (dalam bergaul) dengan keluargaku”.
HR at-Tirmidzi (no. 3895) dan Ibnu Hibban (no. 4177), dinyatakan shahih oleh Imam at-Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Syaikh al-Albani.

Imam al-Munawi berkata: “Dalam hadits ini terdapat argumentasi yang menunjukkan (wajibnya) bergaul dengan baik terhadap istri dan anak-anak, terlebih lagi anak-anak perempuan, (dengan) bersabar menghadapi perlakuan buruk, akhlak kurang sopan dan kelemahan akal mereka, serta (berusaha selalu) menyayangi mereka”.
Kitab “Faidul Qadiir” (3/498).

Suami memiliki kewajiban untuk memperlakukan istri dan keluarganya dengan sangat baik melebihi perlakuannya terhadap orang lain. Tapi apakah suami memiliki kewajiban untuk menyediakan segala fasilitas untuk istri sehingga istri tak perlu melakukan apapun ketika di rumah?

Menafkahi keluarga dengan benar adalah salah satu kewajiban utama seorang kepala keluarga dan dengan inilah di antaranya dia disebut pemimpin bagi anggota keluarganya. Allah Ta’ala berfirman:

{الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ}

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka” (QS an-Nisaa’: 34).

Selayaknya seorang suami memang harus memenuhi kebutuhan istrinya, tapi istri juga tidak boleh menuntut lebih dari kemampuan suami. Jika suami tidak bisa menyediakan ART atau fasilitas pendukung lain karena kemampuan ekonominya yang tidak memadai, istri selayaknya tidak meminta akan hal tersebut dan tidak marah jika tidak terpenuhi. Janganlah istri membandingkan kehidupannya dengan orang lain yang nasibnya terlihat lebih baik darinya untuk menghindari kurangnya bersyukur akan nafkah yang diberikan suami kepadanya.

Jika suami belum bisa memfasilitasi istri secara maksimal untuk melakukan tugas rumah tangganya, contohlah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkegiatan saat di rumah. Beliau tak segan membantu pekerjaan rumah tangga, seperti menyapu, menjahit bajunya yang rusak, dll. Jadikan istri bidadari dirumahmu dengan cara suami memberikan perhatian dan membantu pekerjaannya.

Adapun istri jika suami belum mau untuk membantu pekerjaan rumah tangga, ingatlah bahwa pekerjaan rumah tangga yang kita lakukan secara ikhlas (hanya mengharapkan balasan dari Allah Ta'ala) adalah salah satu jalan kita untuk memasuki surganya Allah dari pintu mana saja. Jadikan dirimu (istri) bidadari dirumah, melayani suami dengan baik secara maksimal dan jadilah bidadari surga dengan hal tersebut.

Jadwalkan secara rutin untuk kita dan keluarga menuntut ilmu syar'i. Karena segala permasalahan hidup dan tuntunan hidup manusia telah diungkapkan dalam Al Qur'an, hadits dan As Sunnah (segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam bentuk qaul (ucapan), fi’il (perbuatan), taqrir (penetapan), sifat tubuh serta akhlak yang dimaksudkan dengannya sebagai tasyri’ (pensyari’atan) bagi ummat Islam).

Semoga Allah Ta'ala merahmati dan memberkahi kita sekeluarga. Wallahu'alam
Barakallahu fiikum

📝Catatan introspeksi Mama Shifra
Jum'at 11 Rajab 1441/ 6 Maret 2020


0 komentar:

Posting Komentar

Untuk komentarnya bisa diisi disini, terima kasih telah mengunjungi blog saya ^-^